Memahami Karakter Keras dan Tegas Epyardi Asda
Oleh: Admin | Senin, 20 Mei 2024
Karakter seseorang tidak muncul begitu saja alias bukan bawaan dari lahir. Ia dibentuk oleh kebiasaan dan lingkungan.
Karakter keras, biasanya dalam berbicara, merupakan karakter masyarakat pantai. Kencangnya tiupan angin laut dan kerasnya debur ombak membuat pesan tidak terdengar jika disampaikan dengan suara pelan. Karena itulah, orang pantai terbiasa berbicara setengah berteriak. Lantaran terbiasa berbicara dengan lantang, orang pantai susah mengubahnya karena telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Epyardi Asda dikenal sebagai orang berkarakter keras dan tegas. Padahal, Bupati Solok itu tidak lahir dan besar di lingkungan pantai, tetapi berasal dari dataran tinggi dan jauh dari pantai, yaitu Singkarak, Kabupaten Solok. Bagaimana ia bisa berkarakter keras dan tegas?
Pertama-tama, kita dapat menelusuri latar belakang keluarganya. Epyardi berasal keluarga miskin. Ayahnya hanya buruh tani, sedangkan ibunya pedagang beras keliling. Karena keluarganya miskin, anggota keluarganya pernah kena busung lapar sehingga membuat empat saudaranya meninggal dunia.
Kerasnya kehidupan membuat Epyardi tak bisa bermain-main dan bersenang-senang seperti anak muda kebanyakan. Ia bertekad untuk mengubah nasib keluarganya. Dengan uang pinjaman, ia pergi merantau ke Singapura dengan menumpang kapal ikan sebagai anak buah kapal.
Kedua, kita dapat menelusuri latar belakang pendidikan dan pekerjaannya. Epyardi merupakan lulusan Pendidikan Pelayaran Besar (P3B) Semarang (1982—1985). Setelah itu, ia bekerja di Singapura di bidang pelayaran dan kelautan hingga menjadi kaptel kapal Singapore Shipping Company. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Epyardi dididik dan bekerja di lingkungan yang akrab dengan laut.
Dikutip dari artikel “Aceh Keras, Tipikal Bangsa Pelaut” (Kumparan.com, 13 September 2019), laut merupakan tempat yang keras dan berbahaya. Maka, setiap manusia yang bergumul dengan laut harus keras pula dan dibentuk menjadi pribadi yang kokoh.
Di pelabuhan, aktivitas yang tidak ringan saban hari berlangsung. Tempat itu diramaikan oleh orang-orang yang berteriak, berbicara dengan nyaring, melempar benda, bahkan memaki. Semua itu dianggap oleh orang laut sebagai hal yang biasa dan keharusan sebab laut merupakan tempat yang keras.
Di tengah laut, lebih-lebih dalam kegentingan kemelut cuaca, orang-orang akan memekik. Keadaan keras menuntut orang laut berpikir, bertindak, dan bergerak dengan cepat. Yang tidak cepat akan diteriaki, bahkan dimaki. Tujuannya untuk memaksa orang disiplin dengan keharusan mengerjakan hal-hal secara cepat, tetapi teliti.
Fisik dan mental orang laut kuat-kuat, yang dibentuk oleh kerasnya laut. Watak pelaut dibentuk oleh “suasana” laut yang panas, keras, cepat sehingga menuntut kehati-hatian berpikir, bertindak, tangkas, dan berani.
Orang laut tidak kasar. Orang laut itu keras. Keras dan kasar adalah sifat yang berbeda. Sesuatu yang kasar belum tentu keras. Perlakuan kasar selalu bertujuan untuk menyakiti (meski tindakan tersebut biasanya disebut dengan “kekerasan” bukan “kekasaran”). Sementara itu, perlakuan keras bertujuan untuk membentuk kualitas-kualitas positif tertentu.
Anak-anak muda, apalagi yang baru melaut, dimarahi atau diteriaki agar mereka tetap fokus, bertahan, lekas memperbaiki kesalahan yang baru dibuat, disiplin, cepat, gigih, dan berani; agar tidak main-main dalam bekerja serta memperhatikan segala sesuatu dengan cermat. Satu kesalahan bisa mendatangkan hal yang tak diinginkan, seperti terlepasnya tangkapan, kapal rusak, salah arah, terseret arus, tenggelam.
Di kapal, setiap orang punya tugas. Masing-masing harus melaksanakan perannya dengan teliti atau benar. Orang yang lalai dan tidak gigih akan ditegur keras. Begitulah disiplin orang laut dibentuk. Tidak sedang berlangsung kekerasan di situ. Yang berlangsung hanyalah upaya membentuk pribadi yang kuat fisik, mental, dan daya pikirnya.
Dengan latar belakang seperti itu, kita dapat memahami mengapa Epyardi berkarakter keras dan tegas. Sebagai pelaut, apalagi kapten kapal, ia tidak bisa bersikap lembek, mencla-mencel, dan plang-plongo. Kondisi laut mengharuskannya untuk berbicara keras dan tegas kepada anak buah kapal agar kapal selamat berlayar dalam amuk badai dan gelombang.
Hal lain yang juga perlu dipahami tentang karakter Epyardi, ia keras dan tegas bukan di semua situasi dan bukan kepada semua orang. Ia keras dan tegas kepada orang dan pihak yang menzalimi masyarakatnya. Sebagai contoh, ia berbicara keras kepada pengelola Aqua beberapa waktu yang lalu untuk membela 101 warga Kabupaten Solok yang diberhentikan oleh Aqua sebagai pekerja. Ia memarahi pegawai Puskesmas Tanjung Bingkung pada 12 Juni 2021 karena layanan puskesmas itu tutup pada pukul 17.00, padahal ada korban kecelakaan yang membutuhkan bantuan medis, tetapi ditolak dengan alasan di luar jam kerja.
Sumatera Barat membutuhkan pemimpin berkarakter keras dan tegas seperti Epyardi Asda untuk melecut ASN untuk bekerja secara tekun dan teliti agar kapal bernama Sumatera Barat tidak oleng dihantam badai dan gelombang zaman. Sumatera Barat membutuhkan pemimpin bertipikal seperti itu untuk memperjuangkan hak masyarakat demi mendapatkan pelayanan yang baik dari kantor pemerintah. Provinsi ini juga membutuhkan pemimpin yang berani untuk berteriak mengatakan “TIDAK” kepada korupsi, kolusi, dan nepotisme.