Majunya Pariwisata Sumbar dan Keseriusan Kepala Daerah

Oleh: Epyardi Asda | Senin, 20 Mei 2024

Majunya Pariwisata Sumbar dan Keseriusan Kepala Daerah

"Alam Sumatra Barat diciptakan saat Tuhan tersenyum.” Begitulah pendapat banyak orang ketika melihat keindahan panorama alam Minangkabau. Tentu saja pendapat itu sangat beralasan karena Sumatra Barat memang dianugrahi oleh kecantikan alam yang menakjubkan, dari barisan pegunungan yang mempesona, lembah-lembah hijau, dan hamparan sawah yang luas, hingga air danau yang sejuk dan bening. Semua keindahan itu menciptakan lanskap yang sempurna dan memukau mata.

Namun, sayangnya, banyak di antara kekayaan alam itu yang belum terkelola dengan baik sehingga tidak memberikan banyak manfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat, seperti masih minimnya sarana dan prasarana di beberapa objek wisata, kurangnya infrastruktur pendukung, akses jalan yang tidak memadai, dan aksi pemalakan yang kerap membuat wisatawan tidak nyaman.

Kondisi itulah yang pertama kali saya benahi saat menjabat sebagai Bupati Solok. Peningkatan sektor pariwisata menjadi salah satu prioritas utama. Selama ini Kabupaten Solok dikenal sebagai daerah produsen beras. Namun, sektor itu tidak berdampak secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Karena itulah, saya berjuang keras membenahi sektor pariwisata demi  meningkatkan ekonomi masyarakat.

Dulu wisatawan kerap kesulitan mencari tempat menginap di Kabupaten Solok. Ada penginapan, tetapi dikuasai oleh preman. Misalnya, di Alahan Panjang Resort,  tengah malam tamu  sering dimintai uang rokok oleh preman. Kini tidak ada lagi preman tukang palak yang membuat wisatawan tidak nyaman.

Pengembangan wisata di Kabupaten Solok juga saya lakukan dengan mengedepankan kearifan lokal, salah satunya dengan menjunjung tinggi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Karena itulah, kami menerapkan konsep wisata religi dan syar’i. Jadi, jangan harap pasangan ilegal bisa menginap di hotel atau home stay di Kabupaten Solok.

Selain melakukan pembenahan, saya juga ikut menanamkan modal untuk membangun hotel dan objek wisata. Hal itulah yang memancing para investor untuk ikut berinvestasi pada sektor pariwisata di Kabupaten Solok. Hal itu ibarat ungkapan "mencari uang haruslah dengan modal uang pula". Seperti memancing ikan, sekarang umpannya tidak bisa lagi sekadar cacing, tetapi udang atau ikan kecil yang butuh modal untuk mendapatkannya.

Bagi saya, konsep pariwisata secara garis besar ada dua, yaitu what to see dan what to do, yaitu apa yang bisa dilihat di tempat wisata itu, dan apa saja yang bisa dilakukan di sana. Kita sudah punya modal panorama alam, yang tidak hanya indah, tetapi juga lengkap. Namun, mengandalkan itu saja tentu tidak cukup. Kita juga perlu membuat arena-arena permainan bagi wisatawan agar mereka tidak bosan dan akan kembali datang.

Kita semua tahu betapa kayanya alam Kabupaten Solok. Di sana ada lima danau. Punya suhu atau iklim yang berbeda-beda. Ada kawasan dingin, sedang, dan panas. Sayangnya, selama ini jumlah objek wisata yang ada sangat terbatas. Pada 2022 tercatat hanya ada 44 tempat destinasi wisata.

Hal itulah yang terus kami perbaiki. Saya bersama Solok Super Team (SST) dengan gigih mengajak para investor untuk menanamkan modal. Kami mempermudah semua izin bagi mereka untuk berinvestasi. Alhamdulillah semua berjalan seperti yang kami harapkan. Pada 2023 di Kabupaten Solok sudah ada 97 objek wisata, dan jumlahnya terus meningkat: pada 2024 menjadi 117 objek wisata.

Penambahan jumlah destinasi wisata itu berbanding lurus dengan jumlah kunjungan wisatawan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Kabupaten Solok, total pengunjung yang datang pada libur Lebaran 2024 kemarin mencapai angka 1,3 juta orang. Jumlah itu meningkat pesat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya tercatat 205.636 orang.

Dari angka 1,3 juta orang tersebut, 734.790 orang di antaranya mengunjungi lima objek wisata favorit, yakni Alahan Panjang Resort, Dermaga Singkarak, Danau Talang, Bukit Cambai, dan Sirukam Dairy. Perhitungan itu kami lakukan dengan cara memverifikasi langsung kepada pengelola objek wisata.

Membeludaknya kunjungan wisatawan itu tentu saja membawa hal positif bagi perekonomian masyarakat. Selama libur lebaran, semua hotel penuh. Restoran, rumah makan, tempat kuliner, dan pusat-pusat perbelanjaan dijejali para pembeli. Perekonomian kian menggeliat. Para investor memperoleh keuntungan, masyarakat mendapat penghasilan berlebih, dan wisatawan mendapatkan kepuasan.

Kesuksesan pariwisata Kabupaten Solok perlu dirasakan oleh kabupaten/kota lain di Sumbar. Itulah salah satu alasan yang membuat saya memantapkan diri untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Sumbar 2024. Daerah ini memiliki segala sumber daya di sektor pariwisata. Bali punya keindahan alam. Sumbar juga punya alam yang indah. Bali memiliki daya tarik wisata adat dan ritual keagamaan. Kita juga bisa mengembangkan wisata adat dan religi di Sumbar. Dengan begitu, kita bisa menarik para wisatawan dari Timur Tengah, yang kebanyakan justru lebih berkantong tebal dibandingkan dengan wisatawan dari Eropa atau Australia.

Insyaallah, kalau nanti rakyat mempercayakan pilihan mereka, dan Tuhan menakdirkan saya menjadi gubernur, saya sangat ingin membenahi sektor pariwisata  Sumbar. Tujuannya tentu saja agar perekonomian bisa meningkat sehingga kesejahteraan masyarakat Sumbar yang kita idam-idamkan akan terwujud.

Untuk memajukan pariwisata Sumbar, kita punya banyak pakar pariwisata di perguruan-perguruan tinggi. Mereka bisa dimintai pendapat tentang pariwisata. Saya yakin selama ini mereka sudah dimintai pendapat. Persoalannya, apakah pendapat mereka didengarkan dan didukung oleh pemerintah daerah? Menurut saya, kita perlu mendengarkan pendapat mereka sebagai ahli pariwisata dan mendukungnya dengan program dan anggaran dana dari pemerintah daerah.

Bagi saya, Sumbar punya semua faktor untuk memajukan pariwisata. Kalau kita mau, kita bisa. Hanya satu yang belum kita punya, yaitu kebijakan. Kebijakan berada di tataran kepala daerah. Kalau kepala daerah tidak serius untuk memajukan pariwisata, hal itu terlihat dari kebijakannya yang tidak pro terhadap pariwisata. Dengan kata lain, betul kata pepatah, ikan membusuk mulai dari kepala. Kalau kepala daerahnya tidak serius membenahi sektor pariwisata, bagaimana pula kita mau mengharapkan pariwisata Sumbar maju.

OPINI LAINNYA

DISKUSI BERSAMA KAPTEN

© 2024 | epyardiasda.com

        
epyardiasda.com