Epyardi Asda Jemput Bola Bantu Pelaku UMKM Kabupaten Solok

Oleh: Admin | Senin, 20 Mei 2024

Epyardi Asda Jemput Bola Bantu Pelaku UMKM Kabupaten Solok

Kabupaten Solok menjadi salah satu daerah di Sumatera Barat (Sumbar) yang perekonomiannya pulih dengan cepat pascapandemi Covid-19. Kondisi tersebut merupakan imbas dari gencarnya upaya Pemerintah Kabupaten Solok untuk membangkitkan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Sejak Covid-19 melanda, perekonomian masyarakat Sumbar cukup terpuruk. Krisis kesehatan global telah memicu munculnya krisis perekonomian. Pandemi mengakibatkan ekonomi tidak berjalan dengan baik sehingga membuat banyak pelaku usaha gulung tikar.

Bupati Solok, Epyardi Asda, bergerak cepat mengatasi persoalan itu. Ia melakukan sejumlah langkah strategis demi menyelamatkan masyarakatnya dari ancaman krisis ekonomi. Salah satunya ialah membangkitkan sektor UMKM guna meningkatkan ekonomi masyarakat.

Hal yang pertama yang ia lakukan ialah mengalokasikan dua persen anggaran dari Dana Alokasi Umum (DAU) 2022 sebesar Rp3 miliar untuk bantuan permodalan bagi UMKM. Selain itu, ia menjajaki kerja sama dengan sejumlah bank agar masyarakatnya diberi kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal.

Kemudian, Pemkab Solok juga membagi-bagikan sekitar 2.000 alat untuk empat sektor usaha, yakni UMKM, pertanian, perdagangan, dan pariwisata. Peralatan itu berupa alat cetak kerupuk ubi, panci kukus, panci aluminium, peralatan bor, kompor gas, gerinda tangan, kuali besar, martil logam, etalase makanan, gerobak dorong, dan lain-lain.

Di samping itu semua, langkah yang tidak kalah penting yang diambil Epyardi untuk membangkitkan sektor UMKM ialah menggandeng Smesco Indonesia untuk melakukan berbagai pembinaan. Smesco merupakan lembaga resmi di bawah Kementerian Koperasi dan UKM yang bertugas untuk membantu akses pemasaran bagi usaha kecil dan menengah.

Kerja sama dengan Smesco menitikberatkan kepada tiga hal utama, yaitu (1) peningkatan strategi promosi dan sosialisasi produk; (2) pemberian layanan informasi pasar, sarana pemasaran, distribusi produk UMKM dan teknik pemasaran serta inkubasi pemasaran yang tepat sasaran; (3) sinergisitas dalam pemasaran online dan offline, serta pendampingan dan inkubasi untuk pengembangan dan peningkatan kapabilitas bagi pelaku usaha.

Semua upaya tersebut membuahkan hasil yang positif. Sejumlah UMKM di Kabupaten Solok kian tumbuh dan berkembang. Tahun ini saja ada 300 UMKM binaan Pemkab Solok yang masuk fase pembuatan sertifikat BPOM. Perkembangan itu tentu akan menggenjot pertumbuhan ekonomi masyarakat sehingga terus menggeliat pascapendemi.

Keberhasilan tersebut bisa menjadi modal bagi Epyardi untuk maju di Pemilihan Gubernur Sumbar 2024 sebab selama menjabat bupati, pembinaan dan pengembangan UMKM yang diterapkan di daerahnya lebih serius dan terarah. Kondisi yang demikian tentu diharapkan pula oleh UMKM-UMKM yang ada kabupaten/kota lainnya di Sumbar. Pembinaan dan bimbingan seperti itulah yang mereka butuhkan untuk bangkit dan berkembang.

Selama ini, bila menillik berbagai program di kabupaten/kota, bahkan provinsi, pemberdayaan UMKM kerap hanya sebatas pelatihan-pelatihan, tetapi setelah itu tidak meninggalkan jejak yang berarti bagi pengembangan UMKM. Mereka kembali berjalan sendiri-sendiri setelah mendapatkan pelatihan. Padahal, anggaran untuk kegiatan itu cukup besar. Hal itu jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Pemkab Solok. Di sana para pelaku usaha dilatih, dibina, dan didampingi, mulai dari tahap produksi hingga pemasaran.

Jadi, yang sebenarnya dibutuhkan oleh pelaku UMKM di Sumbar bukan sekadar sarana dan prasarana, melainkan kepemimpinan. Di bawah kepemimpinan gubernur yang tahu harus melakukan apa untuk mengembangkan UMKM, UMKM tidak hanya diberi pelatihan, tetapi didampingi dari mulai produksi hingga pemasaran produk, misalnya dengan mencarikan pembeli atau penampung produknya dengan sistem kerja sama yang sama-sama menguntungkan. Kalau hanya memproduksi produk, UMKM dapat melakukannya secara mudah asalkan ada modal.

Persoalannya, jika produk tersebut belum terjual, sementara modal yang ada sudah terbenam karena memproduksi produk tersebut, UMKM akan bangkrut. Dalam hal seperti itulah kebijakan pemimpin dibutuhkan. Hal seperti itu sudah dilakukan oleh Epyardi, misalnya dengan menggandeng Smesco untuk membantu akses pemasaran bagi usaha kecil dan menengah.

Pelaku UMKM Sumbar membutuhkan pemimpin yang pandai manjuluak atau jemput bola seperti yang dilakukan oleh Epyardi dengan menggandeng Smesco.

OPINI LAINNYA

DISKUSI BERSAMA KAPTEN

© 2024 | epyardiasda.com

        
epyardiasda.com